PENGANTAR TEKNOLOGI INFORMASI
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Pengertian Sistem
Menurut O’Brien
(2008,p24), didefinisikan sistem sebagai sekumpulan komponen
yang saling berhubungan dengan batasan yang jelas, bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam
proses transformasi teratur.
Sistem mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu :
a.
Input, merupakan bagian yang merakit berbagai elemen
yang dimasukkan ke dalam sistem untuk diproses.
b.
Proses,
merupakan bagian yang melakukan transformasi yang mengubah input menjadi
output.
c.
Output, merupakan bagian yang meliputi perpindahan
elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya.
2.1.2
Pengertian Teknologi
Menurut Miarso (2007, p62), teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai
tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk , produk
yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu
menjadi bagian integral dari suatu sistem.
Menurut Ellul dalam Miarso (2007,
p131), Teknologi adalah keseluruhan metode yang secara rasional mengarah
dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia.
2.1.3
Pengertian Informasi
Menurut Kelly
Rainer (2011, p10), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah
bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan
saat ini atau saat mendatang. Definisi tersebut merupakan definisi informasi
dalam pemakaian system informasi.
2.1.4
Pengertian Sistem Informasi
Menurut Kelly Rainer (2011, p10), sistem informasi merupakan kombinasi teratur apa pun dari orang-orang, hardware, software, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan
informasi dalam sebuah organisasi.
2.1.5
. Pengertian Teknologi Informasi
Menurut
O’brien (2007, p6) teknologi informasi adalah hardware, software, telekomunikasi, manajemen database, dan teknologi pemrosesan informasi lainnya yang digunakan
dalam sistem informasi berbasis komputer.
2.1.6
Infrastruktur Teknologi Informasi
2.1.6.1 Hardware
Menurut
O’Brien (2007, p6), Hardware mencakup
semua peralatan fisik yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Hardware
berkaitan dengan peralatan keras dengan media komunikasi, yang
menghubungkan berbagai jaringan, dan
memproses paket-paket data sehingga transmisi data menjadi lebih efektif.
2.1.6.2 Software
Menurut O’Brien
(2007, p104), software meliputi semua rangkaian perintah pemrosesan informasi.
Konsep umun software ini meliputi tidak hanya rangkaian perintah informasi yang
disebut program dengan hardware
komputer pengendalian dan langsung, tapi juga rangkaian perintah pemrosesan
informasi yang disebut prosedur yang dibutuhkan orang-orang.
2.1.7
Jaringan
Menurut Kelly
Rainer dan Casey (2011, p507), sebuah jaringan computer terdiri atas media komunikasi peralatan-peralatan dan software yang dibutuhkan untuk
menghubungkan dua atau lebih sistem komputer dan peralatan. Ada 2 ukuran
jaringan yang umum, yaitu LAN (Local Area
Networks) dan WAN (Wide Area Networks).
MAN (Metropolitan Area Network)
berada diantara dua ukuran tersebut. LAN menghubungkan dua atau lebih alat
komunikasi sampai 2000 kaki. Sehingga setiap pengguna alat dalam jaringan
memiliki potensi untuk berkomunikasi dengan alat lainnya. WAN termasuk jaringan
regional yang terdiri atas kumpulan telepon atau jaringan internasional seperti
penyedia layanan komunikasi global, mungkin milik komersial, swasta, atau
publik.
2.1.8
Internet, Intranet, dan Ekstranet
Menurut
McLeod dan Schell (2007, p117), internet adalah jaringan komputer yang tumbuh
cepat dan terdiri dari jutaan jaringan perusahaan, pendidikan, serta pemerintah
yang menghubungkan ratusan juta komputer, serta pemakaian lebih dari dua ratus
Negara.
Menurut
McLeod dan Schell (2007, p117), intranet adalah jaringan dalam organisasi yang
menggunakan teknologi internet (seperti server,
browser web, protokol jaringan, TCP/IP, database publikasi dokumen
Hipermedia HTML, dan lain-lain) untuk menyediakan lingkungan yang mirip dengan
internet di dalam perusahaan untuk memungkinkan saling berbagi informasi,
komunikasi, kerjasama, dan dukungan bagi proses bisnis.
Menurut
McLeod dan Schell (2007, p117), ekstranet adalah hubungan jaringan yang
menggunakan teknologi internet untuk saling menghubungkan intranet bisnis
dengan intranet pelanggannya, supplier
dan mitra bisnis lainnya.
2.1.9
Pengertian Firewall
Menurut
O’brien (2007, p458) firewall adalah
sebuah sistem atau perangkat yang mengizinkan pergerakan lalu lintas jaringan
yang dianggap aman untuk dilalui dan mencegah lalu lintas jaringan yang tidak
aman. Metode penting yang digunakan untuk mengendalikan dan mengamankan
internet dan berbagai macam jaringan merupakan kegunaan dari firewall. Firewall dapat disebut sebagai “gatekeeper”
atau penjaga pintu gerbang, yang melindungi internet, perusahaan dan jaringan
computer lainnya dari penyusup. Firewall pada
umumnya juga digunakan untuk mengontrol akses terhadap siapapun yang memiliki
akses terhadap jaringan pribadi dari pihak luar.
2.1.10
Pengertian Down Time
Menurut
Brian K. Williams (2009, p. 141) Downtime
merupakan istilah yang merujuk kepada periode dimana sebuah sistem tidak dapat
berfungsi, tidak dapat menyediakan, atau tidak dapat melakukan fungsi utamanya.
Sistem tersebut tidak dapat digunakan karena adanya gangguan hardware,
software, ataupun komunikasi.
2.1.11
Pengertian Virus
Menurut
O’brien (2007, p446), salah satu contoh kejahatan komputer yang paling bersifat
merusak adalah virus komputer atau yang biasa disebut dengan worm. Virus adalah istilah yang paling
popular, secara teknis, virus adalah kode program yang tidak dapat bekerja
tanpa disertai atau dimasukkan kedalam program yang lainnya. Worm sendiri merupakan program yang
berbeda yang dapat berjalan tanpa bantuan.
Dapat
disimpulkan bahwa virus adalah program yang bersifat merusak dan akan aktif
dengan bantuan orang dan tidak dapat mereplikasi sendiri, penyebarannya karena
dilakukan oleh orang, seperti copy file, biasanya
melalui attachment email, game, program
bajakan dan lain-lain.
2.1.12
Pengertian Server
Menurut
O’brien (2007, p190), server diartikan
sebagai komputer yang mendukung aplikasi dan telekomunikasi dalam jaringan,
serta pembagian peralatan peripheral,
software dan database di antara
berbagai terminal kerja dalam jaringan, dan yang kedua diartikan sebagai versi software untuk pemasangan server jaringan uang di desain untuk
mengendalikan dan mendukung aplikasi pada mikro komputer klien dalam jaringan
klien atau server.
2.1.13
Pengertian Switch
Menurut
Brian K. Williams (2009, p. 147) Switch adalah
sebuah alat jaringan yang melakukan bridging
(penjembatan) transparan (penghubung segementasi banyak jaringan dengan forwarding berdasarkan alamat MAC). Switch
merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu Local Area
Network (LAN). Switch jaringan dapat digunakan sebagai penghubung
komputer atau router pada satu area yang terbatas, switch juga
bekerja pada lapisan data link, cara kerja switch hampir sama seperti bridge,
tetapi switch memiliki sejumlah port sehingga sering dinamakan multi-port
bridge.
2.1.14
Pengertian Router
Menurut
Brian K. Williams (2009, p. 148) Router
adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket data melalui
sebuah jaringan atau internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang
dikenal sebagai routing. Router berfungsi sebagai penghubung
antar dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan
lainnya.
2.1.15
Pengertian Prosedur
Menurut
O’brien (2007, p564), prosedur adalah satu set yang terdiri dari berbagai
instruksi yang digunakan oleh orang-orang untuk menyelesaikan suatu tugas. Dan
menurut Steve Flick dalam artikel Writing Policies and Procedures (2011),
prosedur adalah proses yang didokumentasikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang
harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh
hasil yang sama dari keadaan yang sama. Lebih tepatnya, kata ini bisa
mengindikasikan kegiatan, tugas-tugas, langkah-langkah, proses-proses yang
dijalankan.
2.1.16
Teori Flowchart
Menurut
Jogiyanto (2007, p672), Bagan alir (flowchart) adalah
bagan (chart) yang menunjukkan
alir (flow) di dalam
program atau prosedur sistem secara logika.
Menurut
Jogiyanto (2007, p678), Bagan alir
program (program flowchart)
merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem, yaitu untuk menggambarkan
prosedur di dalam sistem.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa Flowchart
adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur
dari suatu program. DiagramAlir (Flowchart) digunakan untuk membantu analis dan
programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan
membantu dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian.
2.1.17
Teori Rich
Picture
Menurut penelitian dari Stenlund dalam Using Grounded Theory Methodology and Rich Picture Diagrams in
Analyzing Value Creation in Houses of Culture Projects in Sweden, vol. 3,
special issue no. 1 2010 (p. 18), “That’s
rich picture diagrams are tools suitable for analyzing complex building
process”, yang artinya rich picture adalah alat yang sesuai untuk
menganalisa berbagai pembentukan proses bisnis yang kompleks.
2.1.18
Teori Event
Table
Menurut Jones dan Rama (2006,p4),
event adalah kejadian yang terjadi pada suatu waktu tertentu yang terdiri
dari satu atau lebih objek.
Dan event table dihasilkan dari aktivitas-aktivitas
dari class. Bagian horizontal
berisi class yang
terpilih, bagian vertical
berisi event-event.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa event table adalah suatu proses mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang terjadi
dalam sutau rangkaian
sistem yang berjalan
dalam perusahaan.
2.1.19
Teori Overview
Activity Diagram
Menurut Jones
dan Rama (2006, p61), overview activity
diagram adalah “The overview activity
diagram, presents a high-level view of the business process by documenting the
key events, the sequence of these events, and the information flows among these
events”, yang berarti diagram yang menggambarkan tampilan level tinggi dari
proses bisnis dengan mendokumentasikan event-event
yang penting urutannya, dan informasi yang menyertai event tersebut.
Menurut Jones
dan Rama (2006, p65) dalam menyiapkan overview
activity diagram terdapat langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membaca narasi dan mengidentifikasi event-event yang penting.
b. Mencatat narasi secara jelas untuk
mengidentifikasi event-event yang
terlibat di dalamnya.
c. Menggambarkan agent (aktor) yang terlibat dalam proses bisnis yang terjadi.
d. Membuat diagram event-event dan menunjukkan urutan event yang terjadi.
e. Menggambarkan dokumen yang dibuat dan
digunakan dalam proses bisnis, serta menggambarkan aliran informasi dari
dokumen tersebut.
f. Menggambarkan table files yang dibuat dan digunakan dalam proses bisnis, serta
menggambarkan aliran informasi dari files tersebut.
Jadi,
berdasarkan pengertian para ahli yang mempunyai kesamaan arti, bahwa overview activity diagram adalah
sekumpulan aliran aktivitas yang digambarkan dalam suatu diagram yang dimulai
dari proses bisnis yang penting menuju ke proses bisnis yang biasa secara
berurutan.
2.1.20
Teori Sequence Diagram
Menurut Jones
dan Rama (2006, p67), Sequence diagam adalah suatu diagram yang menggambarkan
antar objek dan mengindikasikan komunikasi diantara objek-objek diagram ini
juga menunjukkan serangkaian pesan yang dipertukarkan oleh objek-objek yang
melakukan suatu tugas atau aksi tertentu.
Komponen - Sequence Diagram
a.
Actor
Menggambarkan seseorang atau
sesuatu (seperti perangkat, sistem lain) yang berinteraksi dengan sistem.
b. Boundary
Mengambarkan interaksi antara
satu atau lebih actor dengan sistem, memodelkan bagian darisistem yang
bergantung pada pihak lain disekitarnya dan merupakan pembatas sistem dengan
dunia luar.
c. Control
Menggambarkan “perilaku
mengatur”, mengkoordinasikan perilaku sistem dan dinamika dari suatu sistem,
menangani tugas utama dan mengontrol alur kerja suatu sistem.
d. Entity
Menggambarkan informasi yang
harus disimpan oleh sistem (struktur data dari sebuah sistem)
e. Object Message
Menggambarkan pesan/hubungan
antar obyek yang menunjukkan urutan kejadian yang terjadi
f. Message to Self
Mengambarkan pesan/hubungan
obyek itu sendiri, yang menunjukkan urutan kejadian yang terjadi
g. Return Message
Menggambarkan pesan/hubungan
antar obyek, yang menunjukan urutan kejadian yang terjadi.
h. Lifeline
Eksekusi obyek selama sequence
(message dikirim atau diterima dan aktifasinya).
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Pengertian Risiko
Menurut
A.V. Rameshkumar (2010), risiko didefinisikan sebagai kemungkinan kerusakan
atau kerugian. Risiko juga berarti bahwa pengambil suatu keputusan telah
mengetahui kemungkinan konsekuensi dari keputusan yang diambil.
2.2.1.1
Macam-macam Risiko
Menurut Djojosoedarso (2005, p3),
risiko dapat dibedakan dengan berbagai macam cara antara lain :
a. Menurut sifat risiko dapat dibedakan ke
dalam :
1) Risiko yang tidak disengaja (risiko murni)
adalah risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya
tanpa disengaja. Misalnya risiko terjadi nya kebakaran, bencana alam,
pencurian, penggelapan, pengacauan, dan sebagainya.
2) Risiko yang disengaja (risiko spekulatif)
adalah risiko yang disengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar
terjadinya ketidakpastian memberikan keuntungan kepadanya, misalnya risiko utang-piutang,
perjudian, perdagangan berjangka (hedging),
dan sebagainya.
3) Risiko fundamental adalah risiko yang
menyebabkan tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak
hanya satu atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang, seperti banjir, angin
topan, dan sebagainya.
4) Risiko khusus adalah risiko yang bersumber
pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti
kapal kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil, dan sebagainya.
5) Risiko dinamis adalah risiko yang timbul
karena perkembangan dan kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu
dan teknologi, seperti risiko keusangan dan risiko penerbangan ruang angkasa.
Kebalikannya adalah risiko statis, contohnya seperti risiko hari tua dan juga
risiko kematian.
b. Dapat tidaknya risiko tersebut dialihkan
kepada piihak lain, maka risiko dibedakan ke dalam :
1) Risiko yang dapat dialihkan kepada pihak
lain, dengan mempertanggungkan suatu objek yang akan terkena risiko kepada
perusahaan asuransi, dengan membayar sejumlah premi asuransi, sehingga semua
kerugian menjadi tanggungan (pindah) pihak perusahaan asuransi.
2) Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat
diasuransikan). Umumnya meliputi semua jenis risiko spekulatif.
c. Menurut Sumber/penyebab timbulnya, risiko
dapat dibedakan ke dalam :
1) Risiko inten yaitu risiko yang berasal
dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti kerusakan aktiva karena ulah
karyawan, kecelakaan kerja, kesalahan manajemen, dan sebagainya.
2) Risiko ekstern yaitu risiko yang berasal
dari luar perusahaan, sepertu risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi
harga, perubahan kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
2.2.1.2
Karakteristik dan Wujud Risiko
Menurut Djojosoedarso (2005,
p3), karakteristik risiko merupakan
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dan merupakan ketidakpastian bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
Menurut
Djojosoedarso (2005, p3), wujud dari
risiko itu dapat bermacam- macam, antara lain :
a. Berupa kerugian
atas harta milik/kekayaan
atau penghasilan,
misalnya
diakibatkan oleh kebakaran, pencurian,
pengangguran dan sebagainya.
b. Berupa penderitaan seseorang, misalnya sakit/cacat karena kecelakaan.
c.
Berupa tanggung
jawab hukum, misalnya risiko dari perbuatan
atau peristiwa yang merugikan
orang lain.
d. Berupa kerugian karena perubahan keadaan
pasar, misalnya terjadi perubahan
harga, perubahan selera konsumen dan
sebagainya.
2.2.1.3
Upaya Penanggulangan Risiko
Menurut Djojosoedarso (2005,
p4), upaya-upaya untuk menanggulangi
risiko harus selalu dilakukan, sehingga kerugian dapat dihindari atau diminimumkan.
Sesuai dengan sifat dan objek yang
terkena risiko, ada beberapa cara
yang dapat dilakukan perusahaan untuk meminimumkan risiko
kerugian, antara lain :
a. Melakukan pencegahan dan pengurangan
terhadap kemungkinan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian.
b. Melakukan retensi, artinya
mentolerir membiarkan terjadinya kerugian, dan
untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan
akibat kerugian tersebut disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.
c. Melakukan
pengenadalian terhadap risiko.
d.
Mengalihkan
/ memindahkan risiko
kepada pihak lain.
e.
Tugas
dari manager risiko
adalah
berkaitan erat dengan upaya memilih dan
menentukan cara-cara / metode yang paling
efisien dalam penanggulangan risiko yang dihadapi perusahaan.
2.2.2
Risiko Teknologi Informasi
2.2.2.1
Kategori Risiko Teknologi Informasi
Menurut Hughes (2006, p36),
kategori risiko teknologi informasi
antara kehilangan informasi potensial dan pemulihannya, antara lain :
a. Keamanan
Risiko yang informasinya
diubah atau digunakan oleh orang yang tidak berotoritas. Ini merupakan
kejahatan komputer, kebocoran internal dan terorisme cyber.
b. Ketersedian
Risiko yang datanya tidak
dapat diakses, seperti setelah kegagalan sistem, karena kesalahan manusia,
perubahan konfigurasi, kurangnya pengurangan arsitektur atau akibat lainnya.
c. Daya pulih
Risiko dimana informasi yang
diperlukan tidak dapat dipulihkan dalam waktu yang cukup setelah sebuah
kejadian keamanan atau ketersediaan seperti kegagalan perangkat lunak atau
keras, ancaman eksternal, atau bencana alam.
d. Performa
Risiko dimana informasi tidak
tersedia saat diperlukan yang diakibatkan oleh arsitektur terdistribusi,
permintaan yang tinggi dan topografi informasi teknologi yang beragam.
e. Daya skala
Risiko perkembangan bisnis,
peraturan bottleneck, dan bentuk arsitekturnya membuat tidak mungkin menangani
banyak aplikasi baru dan biaya bisnis yang efektif.
f. Ketaatan
Risiko yang manajemen atau
pengginaan informasinya melanggar keperluan regulator. Yang dipersalahkan dalam
hal ini mencakup regulasi pemerintah, panduan pengaturann korporat dan
kebijakan internal.
2.2.2.2
Kelas-kelas Risiko Teknologi Informasi
Menurut
Jordan dan Silcock (2005, p49),
risiko-risiko teknologi didefinisikian dalam 7 kelas, dimana pada setiap
kasus, teknologi informasi dapat juga melakukan kesalahan, tetapi
konsekuensi-konsekuensinya dapat berakibat negative bagi bisnis. Kelas – kelas
risiko:
a. Projects – failing to deliver
Risiko ini bersangkutan dengan
gagalnya suatu proyek TI. Beberapa contoh dari gagalnya penyampaian proyek
adalah: menyelesaikan proyek yang ada telat/tidak tepat waktunya, sumber daya
dan biaya yang di konsumsi dalam penyelesaian proyek besar sehingga tidak
efisien, mengganggu proses bisnis selama proses implementasi, dan juga fungsi
dari proyek tidak sesuai dengan keinginan yang diharapkan user.
b.
IT service continuity – When Business
operations go off the air
Risiko ini berhunbungan dengan
pelayanan TI yang ketinggalan jaman dan tidak dapat diandalkan sehingga
menggangu proses bisnis yang sedang berjalan. Biasanya berhubungan dengan
sistem operasional dan produk perusahaan serta kemampuan mereka untuk
menyediakan kebutuhan dari user.
c.
Information assets – failing too protect
and preserve
Risiko ini berhubungan khusus
dengan kerusakan, kehilangan dan eksploitasi asset informasi yang ada dalam sistem. Dampaknya bisa sangat fatal
bagi perusahaan, contohnya informasi yang penting bisa dicuri oleh perusahaan,
contohnya informasi yang penting bisa di curi oleh perusahaan competitor,
detail dari kartu kredit dapat dilihat
oleh pihak yang tidak berwenang. Sehingga dengan demikian akan merukak hubungan
antara pelanggan dengan perusahaan. Ini tentunya akan sangat merugikan
perusahaan.
d.
Service providers and vendors – breaks in
the IT value chain
Risiko ini berhubungan dengan
kemampuan provider dan vendor. Bila mereka gagal dalam menyediakan pelayanan
yang baik bagi kita, maka akan berdampak signifikan bagi sistem TI perusahaan. Dampak lainnya berhubungan
dengan dampak jangka panjang seperti kekurangan dalam penyediaan layanan TI
bagi user perusahaan tersebut.
e.
Applications – flaky systems
Risiko ini berhubungan dengan
kegagalan aplikasi TI yang diterapkan. Aplikasi biasanya berindikasi dengan
user dan dalam suatu perusahaan biasanya terdapat kombinasi antara software
paket dan software buatan yang diintigrasikan menjadi satu.
f.
Infrastructure – shaky foundations
Risiko ini behubungan dengan
kegagalan dalam infrastuktur TI. Infrastruktur adalah suatu nama umum bagi
komputer namun jaringan yang sedang dipakai dan berjalan diperusahaan tersebut.
Di dalam infrastruktur juga termasuk software, seperti sistem operasi dan
sistem database management. Kegagalan infrastruktur TI bisa bersifat permanen, ketika suatu komponen terbakar,
dicuri, rusak maupun koneksi jaringannya sedang putus, maka dampak dari
kegagalan tersebut tergantung dari ketahanan sistem yang ada. Apabila terdapat
sistem yang tidak kompatibel dengan
model yang baru, maka sistem tersebut perlu diganti. Apabila risiko ini dapat
ditangani secara rutin, maka ini merupakan suatu perencanaan jangka panjang
yang baik.
g.
Strategic and emergent – disabled by
IT
Risiko ini berhubungan dengan
kemampuan TI untuk memberitahukan strategi bisnis yang dilakukan. Dampak-dampak
yang tidak langsung tetapi sangat signifikan dalam pelaksanaan bisnis secara
luas. Risiko merupakan kemampuan dari perusahaan untuk terus bergerak ke arah
visi strategi. Untuk tetap kompetitif diperlukan kemajuan TI untuk dipahami dan
dicocokan dengan potensi kesempatan eksploitasi bagi bisnis.
2.2.3
Pengukuran Risiko Teknologi Informasi
Berdasarkan penelitian yang
kami lakukan, maka ditemukan metode pengukuran risiko teknologi informasi,
yaitu dengan pendekatan FRAP.
2.2.3.1
Pengertian FRAP (Facilitated Risk Analysis Process)
Menurut
Thomas R. Peltier (2001, p69), FRAP (Facilitated
Risk Analysis Process) merupakan suatu pendekatan dalam melakukan analisis risiko kualitatif. Dengan
menggunakan FRAP diharapkan proses
analisis risiko dapat dilakukan dalam hitungan hari, bukan mingguan atau
bulanan. Dengan demikian analisis risiko bukan merupakan kendala, tetapi proses
yang sangat mungkin dilakukan dan juga diperlukan. FRAP bukan suatu metodologi,
tetapi suatu pendekatan terhadap proses penentuan risiko dan dampaknya, proses
penentuan prioritas, dan proses penentuan kontrol pengamanan.
2.2.3.2
Komponen Utama dalam FRAP
Menurut
Thomas R. Peltier (2001, p72), pendekatan FRAP (Facilitated Risk Analysis Process) adalah bentuk pendekatan
analisis risiko kualitatif yang paling banyak digunakan saat ini. FRAP terdiri
dari 3 komponen utama, diantaranya :
1. Pre-FRAP Meeting
Pre-FRAP meeting ini merupakan kunci
sukses dalam suatu proyek. Pada tahap ini pertemuan biasanya berlangsung
sekitar satu jam dan biasanya dilakukan di kantor klien.
Ada 5
komponen utama yang muncul dari sesi ini :
a. Scope Statement
Pemimpin proyek dan manajer
bisnis membuat pernyataan mengenai
peluang-peluang yang ada untuk kemudian ditinjau.
b. Visual Model
Pembuatan
diagram proses (gambaran) mengenai pernyataan ruang lingkup untuk ditinjau kembali.
c. Team Members
Membangun
tim FRAP yang terdiri atas 7 – 15 orang
anggota yang berhubungan dengan sistem yang terkait.
d. Meeting Mechanics
Manager
bisnis bertanggung jawab dalam menyediakan ruangan meeting, menyusun jadwal,
dan juga menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.
e. Agreement of Definition
Dalam sesi
pre-FRAP dibutuhkan persetujuan terhadap definisi FRAP. Persetujuan tersebut
haruslah berdasarkan pada adanya risk,
control, impact, dan vulnerability. Selama sesi pre-FRAP sangatlah penting
untuk mendiskusikan ancaman utama dalam proses bisnis.
2.
FRAP Session
Pada tahap
ini pertemuan biasanya berlangsung selama empat jam. Komponen-komponen yang
muncul dari tahap ini diantaranya adalah:
a. Identified
Risks
Mengidenifikasi risiko yang
mungkin terjadi pada sistem bisnis perusahaan.
b. Priotized
Risks
Menentukan risiko utama dari semua risiko yang mungkin terjadi
(yang memilki ancaman terbesar).
c. Suggested
Controls
Memberikan solusi pengendalian untuk
meminimalisir risiko dan juga ancaman yang mungkin terjadi.
Definisi-definisi dalam tahap ini yang harus dipahami diantaranya adalah :
a.
High Vulnerability : tingkat kelemahan yang sangat besar
yang ada di dalam sistem atau operasional perusahaan dan berpotensi berdampak
pada proses bisnis secara signifikan sehingga kontrol harus ditingkatkan.
b.
Medium Vulnerability : ada beberapa kelemahan dan berpotensi
berdampak pada proses bisnis secara signifikan, kontrol dapat dilakukan dan
harus ditingkatkan.
c.
Low Vulnerability : sistem sudah dibangun dengan baik dan
dioperasikan dengan benar. Tidak ada kontrol tambahan yang dibutuhkan untuk
mengurangi kerentanan.
d.
Severe Impact (High) : cenderung menempatkan perusahaan di
luar dari bisnis atau sangat merusak prospek usaha dan pembangunan.
e.
Significant Impact (Medium) : akan menyebabkan kerusakan yang
signifikan dan biaya, namun perusahaan akan bertahan.
f.
Minor Impact (Low) : operasional yang diharapkan mampu
dikelola sebagai bagian dari business
life cycle.
Berikut merupakan Matriks Prioritas dalam
menganalisa aksi dan kontrol yang harus diimplementasikan berdasarkan tipe
tinggi atau rendahnya dampak bisnis dan tingkat kerentanan yang dapat terjadi
pada sistem perusahaan.
Gambar
2.1 Matriks Prioritas
Keterangan:
A – tindakan korektif harus diterapkan
B – tindakan perbaikan yang diusulkan
C – membutuhkan pemantauan
D – tidak ada tindakan yang diperlukan
Setelah tahapan pertama dari FRAP session ini
telah selesai, maka tim akan berlanjut melaksanakan tahapan kedua dari FRAP
Session, yaitu :
a) Mengidentifikasi kontrol yang ada
b) Menentukan kontrol terhadap risiko
high-level (dalam hal ini risiko yang memiliki prioritas A dan B), yang belum
memiliki kontrol sebelumnya.
c) Memilih kelompok atau orang yang
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan rekomendasi kontrol yang diusulkan
sebelumnya.
3. Post
FRAP Meeting
Pada tahap ini pertemuan biasanya berlangsung
sekitar 10 hari dan memiliki tiga elemen, yaitu :
a.
Creation on the Cross-References Sheet
Membuat cross-reference sheet
berdasarkan table risiko dan table kontrol untuk mengidentifikasi pengendalian
yang cocok dengan risiko yang teridentifikasi.
b.
Creation on the Action Plan
Untuk mendapatkan laporan lengkap, project leader dan fasilitator harus
membuat action plan (rencana aksi), yaitu dengan menggabungkan risiko dari risk
list dengan kontrol yang disarankan dari control list, dengan tujuan mengetahui
tindakan apa yang dilaksanakan dan oleh siapa dilaksanakan, serta status dari
rencana aksi tersebut agar dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan
penetapan kontrol yang diusulkan.
2.2.3.3
Tahapan FRAP
Tahapan di dalam FRAP, yaitu :
1.
The Pre FRAP Meeting
a. Menjelaskan mengenai proses FRAP dan
komponen sistem yang akan dianalisis.
b. Menentukan ruang lingkup
c. Menggambarkan ruang lingkup dalam bentuk
diagram
d. Menentukan tim-tim yang akan ikut serta
dalam proses FRAP
e. Menentukan waktu, ruang dan berbagai
kebutuhan lainnya yang dibutuhkan selama meeting
berlangsung.
f. Persetujuan terhadap definisi.
2.
The FRAP Session
a. Logistic : perkenalan anggota FRAP
b. Overview pernyataan ruang lingkup (visual model) dan persetujuan definisi.
c. Proses
Brainstorming dilakukan
dengan memberi kesempatan kepada tiap anggota tim untuk menulis risiko yang
mungkin dari sistem yang didiskusikan pada selembar kertas kecil. Setelah 5
menit, fasilitator akan mengumpulkan kertas tersebut dan proses tersebut
diulang sampai tidak ada risiko yang dapat teridentifikasi lagi.
d. Kemudian fasilitator akan menyortir dan
mengumpulkan risiko yang serupa serta menempelkannya pada papan. Sementara
anggota tim lainnya diberi kesempatan untuk break selama 10-15menit.
e. Proses dilanjutkan dengan menentukan
prioritas dari risiko yang telah diidentifikasikan berdasarkan criteria dan
juga definisi yang telah disepakati pada sesi Pre-FRAP Meeting.
f. Langkah berikutnya yaitu penentuan
kontrol, dimulai dari aset yang mempunyai risiko tinggi. Cara yang dilakukan
dapat seperti pada cara penentuan risiko (sample
priority matrix) atau dengan cara memberikan daftar kontrol pengamanan yang
biasa digunakan dalam sistem yang sejenis dan meinta tim untuk memilih kontrol
pengamanan yang cocok serta menentukan orang yang berhak atau wajib melakukan
kontrol tersebut.
3.
The Post FRAP Meeting
a. Membuat cross-references sheet yang berisikan masing-masing kontrol dan
risiko-risiko apa saja yang dapat berkurang sebagai akibat dari pelaksanaan
kontrol tersebut.
b. Project
leader dan fasilitator
akan melihat kontrol mana saja yang sudah diterapkan pada risiko yang ada.
c. Project
leader dan fasilitator
akan bertemu dengan manajer bisnis untuk meninjau ulang dan mengidentifikasi
kontrol apa saja yang dapat digunakan untuk mengatasi risiko-risiko yang masih
terbuka.
d. Membuat action plan untuk risiko-risiko yang masih terbuka dan
risiko-risiko yang akan diimplementasikan kontrolnya. Project leader, fasilitator dan manajer bisnis menentukan kontrol apa saja yang paling
efektif dan menentukan pihak mana saja yang akan mengimplementasikan kontrol
tersebut beserta dengan tanggal pelaksanaannya.
e. Setelah risiko tersebut telah dikontrol
atau ternyata manajer bisnis telah mengidentifikasikan bahwa risiko tersebut
dapat diterima maka final report akan dibuat.
2.2.3.4
Populasi dan Sampel
2.2.3.4.1
Populasi
Menurut Suharsini Arikunto (2010,
p.173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, makan penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi
sensus.
2.2.3.4.2 Sampel
Menurut Suharsini
Arikunto (2010, p.174) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sample apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian sampel. Dengan rumus Jacob Cohen :
N = L
+ u + 1
f2
Dengan
keterangan :
N
= Ukuran Sampel
f2
= Efek Size
U
= Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L
= Fungsi power dari U, diperoleh dari tabel, t.s.